I need you, idiot.
------
Oh sial, perasaan apa yang terus menyelimutinya sejak tadi?
Terlebih kala Mafu hanya terkekeh geli sembari mengelus-elus pucuk raven-nya, ingin sekali Soraru memukul wajah naif si pemuda albino itu agar setidaknya ia berhenti membuat jantungnya berdebar kencang. Huh, menyebalkan.
Namun, ia tidak sempat berpikir konsekuensi seperti apa yang terjadi setelahnya. Malah begitu ia melakukannya, perlahan-lahan Mafu mulai menjauhi jarak mereka, seolah pemuda itu mencoba menghindari dirinya.
Apaan-apaan itu? Setelah ia berhasil menaklukkan hatinya, kenapa pemuda itu malah pergi mengabaikan apa yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya? 
Bodoh, dasar licik.
Sudahlah, Soraru muak. 
Namun ia harus bagaimana untuk menyingkirkan perasaan yang bersemi di hatinya sekarang? Siapa lagi yang dapat membuatnya jatuh cinta selain pemuda albino itu?
Benar-benar. Kalau pemuda itu tidak menjadi yang pertama untuk menyatakan perasaannya, maka ialah yang harus memulai awal kisah cintanya ini.
"Tanggung jawab."
Kalimat pertama yang terucap di bibirnya itu sontak membuat Mafu menoleh padanya. Berusaha untuk menahan rasa gugupnya, pemuda raven itu menarik ujung almamater sekolahnya meski pandangannya tetap terpaku pada lantai kayu di bawahnya.
"Setelah kau berbuat sejauh ini padaku, kau malah meninggalkanku begitu saja...? Dasar nggak perhatian."
"Ng?"
Ugh, kenapa susah sekali mengutarakannya, sih!? Udah gitu dia masih belum mengerti lagi! Ahhh kesal!!!
Wajahnya tanpa sadar memerah saking malunya, bahkan ia seketika berani memeluk tubuh jangkung sang albino dari belakang. Soraru memendamkan wajahnya pada punggung Mafu, sementara lengannya melingkar di sekitar perutnya. 
"E-eh? Tunggu dul- Soraru-san?"
Meski Soraru tidak menatap manik merah tersebut, namun ia paham bahwa pemuda itu sama memerahnya dengannya.
"Aku masih butuh kamu, bodoh."
-----
Kinda speedrunning, right? :v
-March 2024
Komentar
Posting Komentar