Shopping Fever!
Source: Lofter
Singkat cerita, gue kangen nulis
--------------------
Lagi-lagi, migrain Mafu kembali kambuh.
Mengurusi istri itu memang sebuah tantangan berat dalam hidup, apalagi jika ia senang menghamburkan uang untuk berbelanja. Suatu kegemaran unik yang bahkan pria sepertinya hanya bisa menghela nafas pasrah. Sudah begitu, masih banyak barang yang tersedia di rumah, kenapa harus repot-repot membeli baru? 
Dan yang lebih sialnya, blackcard  kesayangannya selalu menjadi korban transaksi Soraru setiap kali berbelanja. 
Duh, harusnya Mafu langsung menolak saja dari awal. Tapi apa-apaan rayuan sang raven yang selalu meruntuhkan imannya itu? Kalau begini terus rumah bisa menjadi gudang lama-lama!
Dih, padahal kartu sendiri punya, enak banget pakai punya orang lain.
Namun di sisi lain, Mafu juga mengerti. 
Toh, dirinya juga tidak jauh berbeda. Selama ia mempunyai kendali atas kartu debitnya, brand-brand ternama pun hanya bagaikan debu di tangannya. 
Hanya saja, pria itu tidak separah Soraru. Kalau ditanya mengapa, alasannya pun simpel. Ia trauma tertipu saat berbelanja sampai kehilangan ratusan ribu yen.
Demi menghindari kejadian yang serupa, pria itu mulai memberikan batasan bagi Soraru ketika berbelanja. Namun ketika diberi batasan pun, jumlah belanjaannya malah jauh lebih banyak dari yang sebelumnya. Belum lagi sisa saldo kartunya yang sampai dibuat hampir habis karenanya. Duh Kami-sama, Mafu ingin menangis saat itu.
Alhasil, dari yang awalnya sebulan sekali, kemudian berkurang menjadi empat bulan sekali, dengan batasan hanya 5 barang.
Dan disinilah dia, menghabiskan kesehariannya dengan berbelanja sekaligus berkencan bareng istrinya di pusat pembelanjaan. 
Tapi sumpah, mau sampai kapan ia harus menemani Soraru sepanjang jalan sekarang? Sudah berapa lama ia harus berjalan mondar-mandir mencari barang di pusat belanja 12 lantai ini?! Sudah begitu, luasnya juga bukan main-main! Bahkan, pria itu sampai harus mengawasi sekitar jikalau kesayangannya keluyuran bebas lagi entah kemana.
Parahnya lagi, Soraru masih belum membeli apapun sejauh ini.
"Soraru-san... Udah ketemu belum? Udah mau jam 5 sore loh," Mafu menghela nafas panjang, hanya langsung ditangkas oleh Soraru, "Sabar, dong... hmm, kemarin Nqrse bilangnya mau nitip apa, ya..."
"Lama banget. Kita masih banyak pekerjaan di rumah loh, buruan dikit...!"
"Tahu...! Tapi kamu bilangnya cuma boleh beli 5 barang, makanya aku lagi milih-milih, nih."
"Hah!? Kita daritadi udah keliling-keliling di semua lantai, loh Soraru-san! Masa nggak ketemu apa-apa?"
"Kalo gitu Mafu harusnya bantu pilihin dari awal...!"
"Ck, iya deh..."
Tuh, kan. Jawabannya selalu begitu. Ujung-ujungnya, dia juga yang salah.
Tak kuasa menahan pegal kakinya karena dipaksa berjalan, Mafu hanya bisa mengeluh dalam hati, 'Ya, Kami-sama. Kumohon biarkan aku meminjam kekuatan-Mu sebentar agar bisa mempercepat waktu dan langsung sampai rumah... Astaga Soraru-san kenapa lama banget, dah...'
"Ah, liat situ. Mungkin aku bakal beli di sana aja, deh."
AHH AKHIRNYA, KAMI-SAMA!!! AKHIRNYA!!! Penderitaan 8 jamnya di neraka berkedok sarana fashion ini akhirnya terbebas!! 
Ekhem. Tunggu dulu, ia harus memperbaiki raut wajahnya dulu.
"Eh, yang mana satu??" Sontak Mafu menoleh kesana-kemari mencari toko yang Soraru maksud. Lantas, pria raven itu menunjuk ke arah toko, lebih tepatnya 3 deret toko tersebut, "Itu, yang jualan perhiasan itu, sama yang disebelahnya toko baju, terus toko game...!"
Alamakjan ya, gusti. Migrain sebelah mana lagi yang harus menimpa bagian otaknya kali ini?
"Ah..." Mafu menatap sepasang manik sapphire sang istri ragu. Beranggapan kalau-kalau Soraru bakal berubah pikiran dan lanjut mencari toko lain seperti sebelumnya, "Udah bener toko-toko ini aja, kan?"
Sang raven lantas mengangguk yakin, "Udah, kok. Lagi pun, yang lain pada mesan barang yang rata-rata ada di antara 3 toko ini, kok. Tenang aja."
"Benar, ya beli 5 aja? Aku nggak bakal terima tawaran, nih. Habis ini, langsung pulang," Tegas Mafu memastikan sembari merogoh dompet kulit hitam dari kantong jasnya. Jelas memancing kesabaran sang raven, "Iya, kali ini aja...!"
"Haish, benar-benar..." Menghela nafas sejenak, pria albino itu langsung menyerahkan kartu miliknya pada Soraru, yang segera menerimanya dengan sumringah. 
Tak butuh waktu lama bagi pria raven itu untuk langsung beranjak masuk menuju ketiga toko, meninggalkan sang albino di sana. Namun tak sampai 5 langkah ke depan, ia kembali untuk mengecup mesra pipi barcode sang albino sebelum bergegas masuk ke toko.
"...Eh?" Mafu tercengang sembari meraba pipinya yang terasa basah tersebut. Tumben, tak biasanya Soraru akan bertindak seberani itu di depan publik. Apa ia segitu bahagianya karena sudah lama tidak berbelanja?
Tapi apa pun itu, syukur ia tidak melihat seukir senyuman di wajahnya.
'Heh. Mudah juga dia buat ditipu ternyata.' Ia terkekeh pelan. Saat kembali memeriksa dompetnya, senyuman itu masih belum luntur dari wajahnya. 
Karena sedari awal, kartu hitam yang ia beri sebelumnya hanyalah powercard  arkade lamanya.
"Yah, karena hari ini dompetku aman, kenapa aku nggak belanja juga sekalian?" Gumamnya sambil mengayunkan kakinya riang selama berjalan, "Soraru-san paling masih 30 menit lagi, apa salahnya ditinggal bentar, kan?"
"Ahh kedamaian hidupku, akhirnya datang juga!!"
Maka, misi menemani belanja pun berubah menjadi memanfaatkan sisa 30 menitnya dengan bersenang-senang. Tempat pertama yang ia kunjungi adalah toko hiburan dengan berbagai produk nuansa anime dan manga. Untuk pertama kalinya Mafu dapat membeli action figure semi-naked  waifu favoritnya tanpa dipantau langsung oleh Soraru. Dibarengi beberapa volume manga dan DVD anime khusus, ia keluar toko dengan raut yang lebih sumringah.
Selanjutnya, ia mampir sejenak ke mesin capit untuk menguji keberuntungannya. Meski ia harus menghabiskan separuh waktunya demi mendapat hadiah utama, pada akhirnya ia hanya mampu membawa pulang boneka penguin kecil di tangannya.
Hingga di sisa waktunya, Mafu memutuskan untuk singgah di food court dan memesan semangkuk ramen pedas selagi menunggu Soraru. Sambil menyeruput ramen tersebut dengan sumpit, tatapannya terpaku memantau histori chat Soraru di handphone. Tak lama kemudian, panggilan telepon masuk menampilkan namanya. Tanpa ragu Mafu pun mengangkatnya, "Moshi-moshi, udah sampai di mana sekarang?"
"Mafumafu dasar bego!!"
Sontak, pria albino itu berhenti menelan makanannya lantaran terkejut akan respon dari istrinya, "...Apa ini? Kok tiba-tiba marah gitu?"
"Justru ini gara-gara kamu yang salah kasih kartu, tahu! Ini powercard lamamu, kan!? Bilang dong dari awal, huh! Terpaksa aku bayar pakai kartuku sendiri jadinya...!"
"Loh, bagus dong. Biar kamu tahu diri," Kekeh Mafu penuh kemenangan. "Gimana sekarang? Udah puas belanjanya?"
Sebaliknya, nada bicara Soraru dari seberang telepon terdengar semakin pelan. "...Jadi kamu sengaja tukar kartunya dengan ini?"
"Eh? Ya... Biar sesekali kamu belanja pakai uangmu sendiri, kan?" Mafu mengerjapkan mata penuh kebingungan. "Ujung-ujungnya Soraru-san tetap beli barangnya juga tuh, barengan sama titipan Nqrse-kun, Araki-san dan Meychan."
"Ugh, terserahlah. Kau ada di mana sekarang?"
"Food court, masih di lantai yang sama."
"Pokoknya tetap disitu, jangan ke mana-mana sebelum aku datang," Titah sang raven sebelum benar-benar mematikan telepon.
Mafu pun tidak terlalu ambil pusing, ia lanjut menghabiskan ramen yang tersisa. Sepasang manik crimson-nya menyapu bersih pemandangan sekitar, mengecek kehadiran Soraru di antara kerumunan.
Tak lama berselang, sosok yang dicari pun muncul dengan menenteng 3 tas belanja di lengannya. Begitu menyadari kehadiran Mafu, raut wajahnya menjadi semakin jengkel sambil mempercepat langkahnya kemari. 
"Kok gitu mukanya? Jelek banget loh," Celetuk Mafu terkekeh kecil, hanya semakin membuat Soraru menggembungkan pipinya begitu duduk di bangku hadapannya. "Berisik. Jangan sok-sokan tersenyum begitu, nyebelin tahu."
Justru Mafu malah semakin gencar meledek. "Lagi kenapa, sih? Ngambek, ya? Cerita dong sini~" 
Pria raven itu sama sekali tidak bergeming, hanya memutar bola matanya malas. Sesekali pandangannya berubah kesana-kemari menghindari tatapan si albino, hingga sepasang manik sapphire tersebut terpaku pada tas belanja kuning di sebelah Mafu. "...Kau belanja juga?"
"Ya, tadi sambil menunggu," Terangnya santai. Kali ini sukses meraih atensi sang raven untuk menatap matanya, "Oh? Udah beli apa aja?"
"Yah... Pokoknya lumayan banyak, deh."
Soraru tampak memelototinya skeptis, kemudian mendekatkan wajahnya untuk melihat isi dari tas tersebut. Namun kalah cepat dengan Mafu yang langsung mengamankan tas tersebut dalam dekapannya, "Et, tunggu dulu! Lihatnya nanti aja pas kita udah sampai rumah!"
"Hah, kenapa gitu?" Soraru mengernyit alisnya, namun tampak tidak terlalu mempermasalahkannya dan kembali duduk di bangkunya dengan wajah yang lebih masam, "Ah, kalo nggak mau ngomong terserah."
Seringai si albino itu luntur ketika raut wajah sang raven terlihat begitu murung di matanya. Melirik cup plastik berisi boba milk tea yang ia belikan khusus untuk Soraru, Mafu meraihnya lalu menusukkan sedotan pada segelnya dan langsung menyodorkan boba tersebut pada mulut si raven.
"Mmmffhh?!"
Sentakan mendadak pada mulutnya sempat membuat Soraru tersedak, namun perlahan ia mulai terbiasa dan meneguknya dengan normal. Tangannya mengambil boba dari genggaman Mafu dengan kasar seraya menghabiskan boba tersebut.
Meski pandangannya tak berhenti memelototi si albino, mulutnya masih fokus meneguk boba di tangannya. Perpaduan amtara milk tea dengan bola-bola tapioka yang terkumpul di permukaan gelas memberikan rasa manis yang memanjakan lidah. Tampaknya Mafu sudah hafal dengan selera makanannya, persis seperti yang biasanya ia beli di brand toko yang sama.
"Gimana? Udah nggak ngambekan lagi kan sekarang?" Ujar Mafu tersenyum usil, menyandarkan dagunya pada telepak tangan kanannya. "Yang kali ini aku khusus pakai kartuku untuk belanjain kamu."
Justru hal itu malah membuat raut muka sang raven makin merengut. Tangan kiri Soraru yang tak memegang apa-apa langsung menggampar kencang punggung tangan si albino yang bersandar di meja. Sontak membuatnya meringis kesakitan. "Aduh– Hei, kasar banget!?"
"Rasain, dasar penipu," Ketus Soraru masih meneguk minumannya. Begitu gelas tersebut habis, pria itu hanya menghela nafas gusar dan meletakkannya di meja dengan kasar. "Kau cuma beliin ini aja buat aku?"
"Kok nawar? Kan udah cukup 5 belanjanya tadi," Mafu menyerngit heran, sebelum kemudian ia menyadari seringai tipis dari bibir si raven. "Eh? Tapi yang kau batasin kan kalau aku belanjanya pakai kartu kreditmu, loh. Berarti hitungannya belum, kan?"
Aduh, ada saja alasannya kalau soal duit!
"Yaudah, nih," Merogoh tas belanjanya, Mafu mengambil boneka pinguin yang ia dapat sebelumnya dan langsung menyerahkannya pada Soraru. "Udah cukup, ya?"
Kedua mata Soraru terbelalak bingung ketika tangannya meraih boneka pemberian sang albino. Sepasang manik sapphire itu menatap lekat kedua mata hitam penguin itu dan memutar-mutarnya antusias. Ada kalanya kedua tangannya mulai menekan-nekan paruh dan perut boneka itu dengan gemas.
"Suka nggak?" ujar Mafu menginterupsi, senyuman hangat terukir begitu ia menyandarkan pipinya pada tangan sebagai tumpuan. "Makanya jangan ngambek terus, nanti malah kalah imut sama penguinnya, loh."
"Bisa diam, nggak? Gombalanmu jelek tahu," sela Soraru, namun jelas pipinya mulai merah merona. Wajahnya mulai tertunduk memandang boneka penguin yang kini berada di dekapannya. "Kita masih ada kerjaan di rumah, kamu udah selesai belum?"
"Ah, benar juga," Mafu lantas memeriksa jam tangannya, menunjukkan jarum jam pendek yang bergerak perlahan menuju pukul 6. Sontak pria itu beranjak dari bangkunya dan bergegas pergi, disusul oleh Soraru yang mengejar langkahnya. "Nggak ada yang mau dibeli lagi kan? Aku pesan taksi dulu, ya. Oh Soraru-san, mana powercard-ku?"
Namun, Soraru hanya menoleh dengan senyuman tipis. "Loh, kamu aja yang jarang pergi ke game center  masa masih mau sama kartu gituan? Kalo gitu mending buat aku aja."
"Hah... Yaudah, deh..."
Mungkin ini pertama kalinya setelah sekian lama Mafu merasakan hatinya lebih tenang ketika selesai berbelanja. Mengamati Soraru yang terus memainkan boneka penguin baru di sebelahnya, senyuman hangat terukir di wajah Mafu dengan tangan kanannya yang sekilas mengusap-usap lembut surai raven Soraru.Tentu, dibalas dengan ocehan protes dari sang raven, tapi ia tidak keberatan.
Setidaknya migrain kali ini tidak berakhir kambuh dibanding sebelumnya.
---------
No shits to comment this time. I got no words to say. Probably gonna upload it to Wattpad later.
-June 2025
Komentar
Posting Komentar