Within the Nightfall

Source: sekigawa (lofter)
Gpp pengen ramein blog doang :v

------------
"KRINNGGGG!!!"

Alarm darurat berbunyi. Membuat semua penjaga yang berada di sekitar museum bergegas menuju loby utama. Yang di mana mereka hanya dikejutkan begitu mengetahui salah satu barang berharga mereka telah menghilang.

"GAWAT!! BERLIAN MERAH KITA HILANG!!"

"SIAL!! PASTI ADA PENYUSUP!!"

"YANG BENAR SAJA?!! KITA SUDAH KERAMPOKAN 3 KALI BULAN INI, LOH?!! PADAHAL MUSEUM INI SUDAH DIPASANG ALAT CANGGIH!!"

Situasi begitu panik saat itu. Hingga sebuah komando terdengar dari seorang atasan.

"SEMUANYA, BERPENCAR!! CARI PENYUSUPNYA SERTA BERLIAN MERAH ITU!! AKU AKAN MENGHUBUNGI KAICHOU!!"

"BAIK!"

Sang atasan, Araki, segera menghubungi kepala museum itu melalui telepon genggam, namun tak kunjung mendapatkan respon.

"Moshi-moshi?! Kaichou!?"

"Kaichou! Jika kau berada di sana, tolong jawab aku!!"

"Ini gawat, kaichou!! Kali ini berlian merah kita hilang!! Aku akan segera menelepon polisi setelah ini!"

Sekian detik pria bersurai merah marun itu menunggu, akhirnya suara dari sambungan telepon pun terdengar.

"Hai, aku disini."

"Kaichou– tidak, kau siapa?" Araki terdiam sejenak. Walau nada suaranya terdengar sama persis, namun ia tahu bahwa kepala museum tidak setenang itu. 

Sesuai dugaan Araki. Orang tersebut malah terkekeh sebagai balasannya. "Wah, Araki-san sungguh orang yang hebat, ya."

"Daijobu desu yo, wanita berambut merah-muda yang kau sebut kaichou itu tidak akan kusakiti, kok. Tentu aku tidak akan berani memukuli wanita, loh."

"Orang bajingan... Kau pasti yang mencuri berlian itu, kan?! Sekarang apa yang kau lakukan dengannya?!" Ia menaikkan pita suaranya, berniat menakuti si penelpon. "Percuma saja kau mengambil berlian itu! Museum ini dilengkapi cctv!"

"Tidak tidak tidak. Dugaanmu salah Araki-san." Kali ini bariton penelepon tersebut berubah menjadi ringan. "Aku tidak menculiknya. Dia masih berada di dalam gedung, kok."

"Dan juga..."

"CCTV yang menyala seharusnya bergerak dan memancarkan sinar merah di dalamnya, bukan?"

Terkejut akan pernyataan tersebut, Araki segera menolehkan pandangannya ke arah CCTV yang terdapat di sekitarnya.

Benar saja, sudah dalam keadaan mati.

"Bedebah... Kau,..." Ia melirih pelan. "Memutuskan aliran cctv itu?"

"Jeng jeng! Tepat sekali, Araki-san!! Kau akhirnya menyadarinya! Lagian, CCTV-nya juga sudah mati dari 30 menit sebelum kejadi–"

"Pip!"

Tanpa menunggu basa basi lagi, Araki segera memutuskan sambungan teleponnya dengan orang tersebut lalu menelepon pihak kepolisian.

Tak butuh waktu lama berdering, akhirnya sambungan terhubung dengan suara berat wanita yang terdengar di sana.

"Halo selamat malam, dari departemen kepolisian Cielkocka. Apa ada yang bisa kami bant-"

"Museum XYZ lagi-lagi kerampokan! Tolong datang ke sini segera! Kaichou kami juga sudah diculik!"

"Baiklah, kami akan mengirim bantuan ke sana!"

-
-
-
-
-
-
-
-
-

"Hei, aku belum selesai ngomong, loh."

Begitu sambungan telepon terputus, pemuda albino itu langsung melempar walkie talkie milik sang kepala museum dari ketinggian. 

Dengan tangan kanan yang memainkan berlian hasil pencuriannya, ia memandang ke arah museum yang dikepung oleh mobil-mobil polisi dari atas sebuah bangunan.

"Mau siang atau malam, polisi kerjanya lalai banget, sih. Masa benda ini udah kucuri 30 menit yang lalu baru sampainya sekarang?"

"Ah souka! Kan sebelumnya sudah kuretas sistemnya! Udah nggak kelacak dong! Tehe~!"

Pemuda albino jangkung itu ialah Mafumafu. Seorang pencuri muda yang selalu terhindar dari hukum. Bahkan saking susahnya ia untuk ditangkap, orang-orang menjulukinya sebagai "Black Angel Thief."

Tidak perlu heran dengan julukan itu. Sifatnya yang bertolak belakang dengan penampilannya yang kelam bak seorang malaikat serba hitam itu mampu melakukan aksinya itu hanya dengan kemampuannya dalam mengatur nada suara. 

Belum sampai situ, dirinya dengan IQ yang tinggi membuatnya sulit untuk dilacak oleh kepolisian. Walau ada kalanya di setiap aksinya, tingkahnya yang bodoh kembali kambuh.

Terdengar konyol, bukan?

Kini, pandangannya mengarah kepada berlian merah di genggamannya. Memperlihatkan refleksi wajah pucatnya di sisi berlian tersebut.

Mafumafu tahu, berlian merah itu palsu. Salah satu buktinya adalah berlian tersebut tidak terasa dingin di telapak tangannya. 

"Jyaa, berlian terbaruku yang cuma seharga 2,8 juta yen... Sekarang apa yang harus kulakukan padamu, ya? Dikoleksi bagus, tapi kalau kujual dengan harga yang lebih fantastis sih... Lumayan juga!"

"Ah, tapi malah nggak seru kalau kayak gitu! Lagian aku juga sudah punya black card, buat apa kujual? Lagipula, kau itu cuma berlian palsu."

"Kalau nggak mau dijual, balikin lagi aja sana."

"Nn?"

Suara yang tidak asing lagi baginya tiba-tiba saja terdengar dari arah belakang. Begitu Mafumafu menoleh, sosok pemuda raven berkacamata berdiri tepat di hadapannya. Mengenakan seragam detektif.

"Siapa sangka si pencuri Black Angel yang terkenal dengan kelicikannya itu malah bersantai-santai di atas gedung dengan berlian merah palsunya?"

Walau nada bicara dari sang detektif terkesan merendahkan, namun itu tidak membuat senyum si albino luntur.

"Hebat juga dugaanmu. Ah, aku juga tidak menyangka kau bisa sampai secepat ini, Tantei-san~!"

"Atau mungkin, Tantei Soraru, si detektif berotak encer terkenal yang memecahkan ribuan kasus pembunuhan itu...?Ngomong-ngomong, bagaimana kau tahu aku berada di sini?"

"Mudah." Jawab si detektif singkat. "Kau ingin kabur ke arah barat, kan? Tentu kau segera mencari tempat yang tinggi untuk terbang lewat arah itu. Lagipula, angin malam ini menuju ke arah barat."

"Sasuga, si detektif langit..."

Sang detektif, Soraru berdecih pelan.
Netra sapphire-nya menatap tajam netra ruby si albino. 

"Ini sudah ketiga kalinya kau merampok museum yang sama bulan ini. Kau ini bikin aku nggak habis pikir, tau! Masih banyak hal yang lebih baik di luar sana dan kau malah setia sama tempat itu?"

"Lah, itu kan kemauan aku, gausah sok-sokan nasehatin! Suka-suka aku dong! Kok detektif ngatur-ngatur? Emang kau siapa? Ibuku?"

"Gausah berlagak bodoh. Jejak kriminalmu jadi mudah berbekas di museum. Jika kau lebih memilih kabur dari hukum lagi, tentu kali ini kau akan mencari tempat lain sebagai targetmu, bukan?"

"Hee...." Nada ucapannya terdengar kecewa. Kemudian, tangan kanannya menunjukkan berlian merah tersebut kepada Soraru. "Lagipula, hanya ini doang satu-satunya yang kuincar. Kedua barang yang kucuri sebelumnya itu sebenarnya bukan kehendakku, loh~"

"Lalu atas arahan siapa kau mencuri kedua barang itu??" Sang raven kembali membuka suara, dibalas si albino yang mengangkat bahunya. "Ya begitulah, siapa tahu~ aku nggak perlu menjelaskanya padamu! Lagian kau sendiri juga akan tahu nantinya!"

"Kebetulan..." 

Seketika saja nada bicara riangnya berubah menjadi sangat tenang dalam sekejap.

"Karena kau sudah berada di sini, malam hari ini akan terasa panjang, ya...?"

"Tidak."

Soraru membantah ucapan itu.

"Hn?"

"Jika memang akan terjadi seperti itu, akan kubuat malam itu menjadi singkat."

Dengan gesit, tangan kirinya merogoh saku jasnya dan menggenggam sebuah revolver–siap dengan pelatuk yang sudah ditarik.

Tanpa menunggu lama lagi, ia arahkan sentaja miliknya tepat menuju badan Mafumafu. Yang hanya memandanginya dengan senyuman remeh. 

"Heeeh.... Serius amat bawaannya. Jangan berlagak kasar seperti itu dong, detektif langit~! Aku tak berniat berbicara seperti itu..."

"Tapi baiklah, kau juga yang memulainya, kan? Sebaiknya kau jaga terus kalimatmu, Soraru-san." 

Mendengar kalimat yang tidak biasa itu, sang raven hanya menatap bingung dirinya. "Untuk ap-"

DUAARRR!!!

"!?"

Sebuah ledakan yang tidak tahu asalnya terdengar dari arah samping, menimbulkan kepulan asap yang semakin mengaburkan pandangan Soraru. 

Begitu pengelihatan sang lawan bicara teralihkan oleh asap, Mafumafu menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri menggunakan jubahnya. "Jya nee, honey~!"

"Sial!" Ia berseru. Setelah kepulan asap itu pudar, Soraru tak lagi menemukan Mafumafu di manapun. Seolah ia lenyap ditelan malam begitu saja.

Lagi-lagi, ia gagal menangkapnya. Namun, begitu ia mengingat pernyataan Mafumafu yang mengoceh tentang berlian merah palsu itu, Soraru kembali berpikir sejenak.

Jika memang Mafumafu sudah tahu berlian itu palsu, lantas mengapa ia masih mengambilnya?

Di malam itu, suasana kota kembali terasa berantakan akibat kekacauan dari sang Black Angel Thief. 

Sementara Soraru masih berada di atas gedung saat itu, Mafumafu yang sudah mendarat jauh darinya hanya memandang langit malam di atasnya. Angin sepoi-sepoi meniup jubah dan rambut putihnya pelan. 

"Suatu hari, jika seandainya permata ini bersinar, kau juga pasti akan melihat sebuah cahaya dari serangkaian kejadian ini, kok..."

"Maa, bagaimanapun juga... Semuanya kuserahkan padamu, detektif langit."

Kembali memainkan berlian palsu di genggamannya tersebut, Mafumafu tersenyum hangat.

"Kuharap suatu saat nanti, kau akan menangis bahagia waktu kulamar dirimu dengan yang asli~"

----------------

Serius, gw dari dulu pengen bet nyoba nulis romance berbalut action atau fanfic semacam riddle gitu. Tapi ya, blm sempat aja sih-

Dan juga, kebetulan gw dapat ilustrasi seputar AU ini dari Ru-san, seperti biasa dari sepuh 😁👍

Detektif kiyowo coy
-April 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Dosa Kantor DPR (🔞)

As Another Morning Comes,

Shopping Fever!